Assalamualaikum Wr.Wb.

PATOS, ETOS, LOGOS. Selamat berkunjung ke Blog kami, " Komunitas Penyuluh Agama Islam Kota Cilegon" semoga kita bisa berbagi, mencari, dan beramal.

Rabu, 01 Agustus 2012

Khutbah Idul Fitri 1433 H


TEKS KHUTBAH IDUL FITRI 1433 H /2012
“ Implementasi Nilai Puasa dalam Mewujudkan  Hakikat Ketaqwaan Pasca Ramadahan"
 ( by:Ujang Jaenal Mutakin/Penais Kemenag Kota Cilegon )

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ  (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×)
الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ  وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ.  وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ:  فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. صدق الله العظيم.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Baginda yang Mulia Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya, termasuk kita semua yang hadir di tempat yang mulia ini.  
Di pagi yang berbahagia ini, Gema takbir, tahlil dan tahmid dilantunkan di seluruh penjuru dunia, menyambut kemenangan besar, kembalinya fitrah insani, kembalinya fitrah Islami, fitrah Tauhid, yakni penyembahan dan ibadah kepada Allah semata, Laa ilaha illa Allah huw Allahu Akbar, Allahu Akbar walil Laahil Hamd.
Mari kita lantunan gema takbir itu dari jiwa tauhid kita, jiwa taubat kita, jiwa khusyuk kita, jiwa harap kita yang total kepada Allah semata, sehingga Allah sudi membuka pintu Ampunan-Nya, pintu Rahmat-Nya, pintu Surga-Nya dan pintu Ridho-Nya kepada kita, dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan Ibadah kita selama sebulan penuh, yang mungkin kita isi dengan kelalaian jiwa, riya, ujub, takabur, ghibah, dan berbagai kemaksiatan lainnya, baik yang kita sadari maupun tidak.  Robbana taqobbal minna shiyamana, wa rukuana, wa sujudana, wa tadhoruana, wa tammim taqsiron ya Robbal Alamin....
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Kenikmatan demi kenikmatan telah kita rasakan, hingga Alloh menghantarkan kita pada hari ini, Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Sungguh ramadhan yang baru saja berlalu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan merupakan sarana-sarana mewujudkan ketakwaan yang hakiki,  sarana untuk memperbaiki diri, sehingga di akhir Ramadhan kita menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan lebih baik, menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa,  memiliki moralitas / akhlak yang baik, dan menjadi pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrahnya, sebagaimana tersurat secara eksplisit didalam firmannya la’allakum tattaqun” agar kita menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa.

Tetapi, akan sangat disayangkan apabila nilai-nilai positif ini berakhir bersamaan dengan berakhirnya musim ketaatan ini. Adalah hal yang aneh pula, jika seorang muslim yang begitu khusyu' dan bergairah melaksanakan amalan-amalan mulia di bulan yang penuh berkah ini, lantas setelah Ramadhan ia kembali melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ketakwaan yang telah ia semai selama rentan waktu sebulan penuh.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:
الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ
Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.
Dari ungkapan di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita dan harus senantiasa kita implementasikan nilainya dalam kehidupan.
Pertama, الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi. Sedangkan  Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).
Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya, jikapun berbuat salah, dia segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, maka dia mau mengembalikannya.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ Beramal Berdasarkan Wahyu.  Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu.
Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan mengkajinya pun tidak.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang  Ketiga  menurut Ali bin Abi Thalib ra  yang harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah  وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang.  Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan  akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini.  
Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.
Harus kita akui banyak diantara kita yang merasa ajal itu masih lama menghampiri sehingga tidak muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat  maupun organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu dan kekurangan waktu. karena itu Allah swt mengingatkan kita semua:
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al Kahfi:110).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ Ridha Meskipun dengan hidup Seadanya. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain.
Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal.
Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur, Dan bersyukur membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain.
Demikanlah hakikat ketaqwaan yang harus tercermin dalam pribadi kita sebagai hamba-hamba yang berhasil mengarungi romadhan nan suci.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.
Muslim yang sadar akan makna Ramadhan adalah yang akan terus memelihara interaksinya dengan Allah Ta'ala dengan mengimplementasikan nilai-nilai kebajikan meskipun ia telah tamat dari Madrasah Ramadhaniyah. Ia sangat yakin bahwa esensi ketakwaan seharusnya dapat tetap disemai dan ditumbuhsuburkan pada kurang lebih 330 hari pasca Ramadhan. Ia adalah sosok yang tetap istiqomah berusaha untuk shaleh terhadap dirinya dan kepada sesama, bahkan kepada makhluk yang lain, meskipun tidak diiming-imingi dengan ganjaran pahala yang belipat ganda seperti dalam Ramadhan. 
Dalam konteks mengimplementasikan nilai puasa dalam upaya mewujudkan dan mempertahankan ketaqwaan pasca ramadhan itu,  menurut DR. Muhammad Nasih Ulwan, dalam kitabnya Ruuhiyah ad-Daa’iyah, setidaknya ada lima prinsip yang dapat kita lakukan  dalam merefleksikan nilai puasa sebagai sarana untuk memaksimalkan potensi ketaqwaan  pasca Ramadhan: 
Pertama, prinsip Al-Mu’ahadah, yaitu ingat pada perjanjian. Sadar atau tidak, manusia sebenarnya sudah berjanji kepada Allah sejak dalam kandungan untuk mengakui-Nya sebagai Tuhan, yang dengan janji itu konsekuensinya manusia harus  tunduk kepada Allah swt.
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْياَيَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ (الأنعام: 161)
“Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. (Al-An’am: 161)
Dengan demikian, setiap kita sudah berjanji untuk menjalankan kehidupan ini dengan nilai ibadah kepada  Allah swt. Kalau tugas kita hanya satu yakni ibadah, bukan berarti yang kita kerjakan hanya shalat, wirid, zikir, dan sejenisnya, melainkan seluruh perbuatan yang kita lakukan dari bangun tidur di pagi hari hingga tidur lagi di malam hari, semua harus bernilai ibadah, sebagaimana yang kita kerjakan di bulan Ramadhan.
Prinsip  kedua yang harus kita tempuh untuk bisa mengokohkan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt sebagai implementasi nilai puasa dalam mewujudkan hakikat takwa pasca ramadhan itu adalah prinsip  Al-Muraqabah, yaitu merasa dekat kepada Allah swt. Hal itu perlu dilakukan oleh seorang muslim karena dengan merasa dekat kepada Allah, seseorang selalu merasa di awasi oleh Allah yang membuatnya selalu berpikir sebelum berbuat dan tidak berani menyimpang dari jalan Allah, sebagaimana hal ini kita lakukan dibulan Ramdhan.  Sikap Al-Muraqabah memang mutlak harus kita lakukan, mengingat Allah swt. sebenarnya sudah dekat, hanya kita yang merasa jauh dengan Allah. Allah berfirman:
... وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ (الحديد: 4)
“...Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadiid: 4)
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.
Prinsip  ketiga yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan mengkokohkan ketakwaan adalah dengan melakukan apa yang disebut dengan Al-Muhasabah atau menghitung-hitung diri, introspeksi diri yang juga merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Apalagi kelak setiap amal manusia akan dihisab oleh Allah swt. dan sebelum itu manusia harus menghisab sendiri amal-amalnya agar dia tahu apakah selama ini dia lebih banyak beramal saleh atau beramal yang salah. Sahabat Nabi, Umar bin Khathab pernah mengingatkan hal itu dalam satu ungkapannya,
حَاسِبُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسِبُوْا
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari Kiamat)”
Oleh karena itu, ada baiknya seorang muslim melakukan muhasabah atau introspeksi setiap harinya, misalnya menjelang tidur, dia perlu merenungi perjalanan hidupnya hari itu agar dia meningkatkan kualitas hidupnya pada hari esok. Allah swt. berfirman,
يَأَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ، وَاتَّقُوْا اللهَ، إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشِر: 18)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.
Prinsip yang Keempat, diantara yang harus kita lakukan untuk meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan sebagai implementasi nilai puasa pasca Ramadhan adalah dengan Al- Mu’aqabah yaitu memberikan sangsi atau menghukum dirinya sendiri bila tidak melakukan hal-hal yang semestinya dilakukan, apalagi jika sampai melakukan maksiat. Perlunya sangsi ini diberlakukan pada diri seseorang muslim, karena akan membatasi jangan sampai mempermudah terlanggarnya kesalahan- kesalahan yang lain.
Dan Prinsip  yang kelima, diantara yang harus kita lakukan untuk meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan sebagai implementasi nilai puasa pasca Ramadhan adalah dengan melakukan apa yang disebut dengan Al-Mujahadah yang artinya ‘bersungguh-sungguh’ dalam menjalankan ajaran Islam. Hal ini karena Islam memang harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan. Tanpa kesungguhan, sangat sulit seseorang untuk bisa melaksanakan ajaran Islam. Shalat lima waktu menuntut adanya kesungguhan, demikian juga puasa zakat dan infak  sedekah. Apabila seseorang memiliki kesungguhan, meskipun nantinya Allah akan memberikan kemudahan baginya dalam menghadapi kesulitan itu. Allah berfirman,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فَيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَناَ، وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْن (الأنكبوت: 69)
“Dan orang-orang yang berjihad (bersunggu-sungguh ) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Al-Ankabuut: 69).
Dengan demikian, ketakwaan kepada Allah harus kita mantapkan terus karena dengan demikian seorang muslim akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Fitri Rahimakumullah.

Akhirnya marilah kita jadikan momen idul fitri ini sebagai langkah awal kita untuk mengimplementasikan nilai nilai yang terkandung dalam ibadah puasa yang sudah kita kerjakan, terutama dalam upaya mewujudkan hakikat ketaqwaan selama sebelas bulan kedepan, sampai kepada bulan ramadhan yang akan datang.
Demikianlah khutbah singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua yang hadir disini, semoga kita senantiasa mendapat pertolongan Allah untuk dapat melaksanakannya sehingga dapat tetap istiqomah dalam ketaatan dan kataqwaan. Amiin ya Robbal ‘alamiin...
جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ .بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ  وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

الخطبة الثانية لعيد الفطر
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ. وَاَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ




Tidak ada komentar:

Posting Komentar